Masyarakat pesisir pantai di pantura Jawa Tengah dan
Jawa Timur kini memiliki peluang bisnis baru untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Secara turun-temurun hanya mengandalkan hasil
menangkap ikan, sekarang para nelayan dan petani tambak di daerah itu
punya tambahan usaha dengan mengembangkan budi daya rumput laut yang
secara ekonomis tidak kalah dari penghasilan utamanya.
Itu
berawal dari uji coba yang dilakukan oleh tim ahli, tiga dosen Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pancasakti (UPS) Tegal, Drs
Tabrani, MM (ketua), Ir Kusnandar, MSi, Budi Kurniawan, SPI, MSi
(anggota), dan dibantu para sukarelawan anggota pos pemberdayaan
keluarga (posdaya) di Desa Randusanga Wetan, Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah. Uji coba itu berakhir sukses dengan pembudidayaan rumput laut
jenis glacilaria secara masif.
Budi daya rumput
laut glacilaria juga telah ditetapkan menjadi bagian dari mata kuliah
unggulan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UPS. "Kita ingin rumput
laut glacilaria ini bisa go international, menjadi komoditas ekspor,
sehingga kesejahteraan petani tambak di pesisir pantura Jawa Tengah
meningkat," ujar Rektor UPS Prof Dr Wahyono di sela-sela seminar
internasional bertemakan "Konsep Blue Economy dalam Industri Kelautan
dan Perikanan" di Hotel Karlita International, Jalan Yos Sudarso, Tegal,
Selasa (26/11).
Program itu wujud dari tanggung
jawab sosial kalangan perguruan tinggi terhadap masyarakat di
sekitarnya. Apa alasan memilih bidang budi daya rumput laut itu menjadi
unggulan UPS? "Karakteristik dan potensi sumber daya alam di pesisir
pantura Jawa Tengah, khususnya pantai di Tegal, besar sekali. Pantai dan
tambak yang ada di wilayah ini cukup luas, sehingga budi daya rumput
laut jenis glacilaria sangat menjanjikan. Sejumlah negara seperti
Jepang, Korea Selatan, Inggris, dan Australia tertarik untuk membeli
hasil budi daya rumput laut ini," kata Wahyono. Ketua Yayasan Damandiri
Prof Dr Haryono Suyono mendukung penuh budi daya rumput laut gracilaria
yang dikembangkan oleh masyarakat Desa Randusanga Wetan, Brebes.
"Kita
telah mengundang Pak Tabrani dan timnya untuk menularkan ilmunya,
membudidayakan rumput laut jenis glacilaria bagi warga nelayan dan
petani tambak di pantai Pacitan, Kulonprogo, dan Indramayu.
Alhamdulillah berhasil. Rumput laut glacilaria tumbuh dengan baik di air
payau pantai Pacitan. Petani di sana saat ini sudah panen. Hasil
penjualan rumput laut mencapai nilai puluhan juta rupiah. "Penghasilan
yang besar dan belum pernah diperoleh sebelumnya," kata Haryono Suyono
saat menjadi pembicara seminar yang diikuti berbagai instansi pemerintah
dan delegasi dari Jepang, Korea Selatan, Inggris, dan Australia.Karena
mudahnya budi daya dan besarnya peluang bisnis rumput laut, maka Haryono
Suyono telah mengajak 15 bupati di pesisir pantura Jawa Timur agar
mendorong warganya melakukan budi daya rumput laut.
"Ada
lima belas bupati di pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur menyatakan
kesanggupannya memfasilitasi warganya untuk budi daya rumput laut
glacilaria. Ini menjadi peluang bagi para kepala daerah tersebut (untuk)
memfasilitasi warganya. Yayasan Damandiri bekerja sama dengan UPS Tegal
siap mengirim bibit rumput laut ke daerah-daerah yang mengajukan
permintaan," tutur Haryono.
Drs Tabrani, MM, yang
juga dosen Fakultas Ekonomi UPS Tegal menyatakan siap memberikan secara
gratis bibit kepada masyarakat yang ingin mengembangkan budi daya rumput
laut glacilaria. "Kita berikan secara gratis bibit rumput laut
glacilaria. Silakan datang dan mengambil sendiri ke tambak-tambak kita,"
ucapnya disambut antusias peserta seminar. Menurut dia, budi daya
rumput laut tidak bermodalkan uang dan ilmu yang tinggi-tinggi. "Cukup
bermodalkan kemauan kuat dan semangat untuk lebih maju dan meningkatkan
kesejahteraan sendiri," katanya.
Menurut Tabrani,
keuntungan lain dari budi daya rumput laut adalah menjaga daya dukung
lingkungan tambak air payau agar tetap terjaga dengan baik. Rumput laut
jenis glacilaria juga mampu mengurangi pencemaran air payau di
pantai."Tambak yang ditanami rumput laut berfungsi tumpang sari,
sehingga bibit bandeng dan udang yang dibudidayakan menjadi tumbuh lebih
sehat dan cepat gemuk. Sementara itu, rumput laut bisa dipanen dalam
setiap dua bulan sekali. Harga rumput laut tak pernah turun. Kalau harga
dolar Amerika Serikat naik, kami makin senang. Permintaan pasar juga
tidak pernah berkurang, bahkan kita selalu kewalahan mengirim pesanan,"
ucapnya.
Pascapanen rumput laut gracilaria,
dilakukan penjemuran hingga kering secara baik, kemudian dapat disimpan
di gudang selama satu tahun tanpa berubah kualitasnya. "Tidak ada
komoditas ekspor lain yang penanganannya semudah rumput laut," kata
Tabrani.
Sebelum pelaksanaan seminar internasional itu, UPS Tegal mengundang belasan lembaga pengabdian masyarakat
(LPM) dari berbagai universitas swasta se-Keresidenan Pekalongan untuk
mendengarkan paparan soal pentingnya program KKN tematik posdaya dalam
rangka pengentasan kemiskinan dan pencapaian program MDGs dari Haryono
Suyono.
Kegiatan itu sekaligus dalam rangka
memantapkan persiapan UPS Tegal yang memiliki 25.000 mahasiswa untuk
menjadi koordinator KKN tematik posdaya. "Kita siap menjadi koordinator
KKN tematik posdaya," kata Wahyono. (Yon Parjiyono)
Sumber
Berita:
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10240/UNGGULAN-UPS-TEGAL-Produksi-Rumput-Laut-Glacilaria-Siap-Go-International/
0 comments:
Post a Comment