Studi yang dilakukan Universitas Edith Cowan dan disiarkan
dalam jurnal PLOS ONE bulan September ini menelaah peranan yang bisa dimainkan
rumput laut dalam mitigasi perubahan iklim.
Enny Wibowo menyusun kembali Laporan wartawan ABC,Caitlin
Gribbin, tentang Australia kemugkinan menyimpan CO2 bernilai 5-milyar dollar
(Credit: ABC)
Sudah diketahui bahwa hutan memainkan peran penting dalam
menyerap CO2. Tapi gagasan bahwa ekosistem laut juga bisa menyerap karbon
menarik perhatian bagi Prof Paul Lavery.
Dan di perairan Australia ia menemukan apa yang berpotensi
sangat menguntungkan.
Prof Lavery memperkirakan terdapat 155-juta ton karbon terserap dalam padang rumput laut. Nilainya bisa antara 3,6 dan 5,2 milyar dollar berdasarkan taksiran konservatif.
Prof Lavery bersama timnya dari Edith Cowan University meneliti 17 habitat rumput laut di Australia Barat, Queensland dan New South Wales. Mereka mengukur karbon dari lapisan endapan rumput laut, dan kemudian menghitung nilainya, didasarkan pada nilai karbon yang ada dalam kebijakan karbon pemerintah sekarang ini.
Prof Lavery memperkirakan terdapat 155-juta ton karbon terserap dalam padang rumput laut. Nilainya bisa antara 3,6 dan 5,2 milyar dollar berdasarkan taksiran konservatif.
Prof Lavery bersama timnya dari Edith Cowan University meneliti 17 habitat rumput laut di Australia Barat, Queensland dan New South Wales. Mereka mengukur karbon dari lapisan endapan rumput laut, dan kemudian menghitung nilainya, didasarkan pada nilai karbon yang ada dalam kebijakan karbon pemerintah sekarang ini.
Menurut Prof Lavery, nilainya 5,2 milyar dollar didasarkan
pada nilai yang diprediksi pemerintah bagi perdagangan karbon di tahun 2015.
Menurut Prof Lavery, bagaimana rumput laut bisa dimasukkan
dalam pasar perdagangan karbon masih perlu diperhitungkan oleh para ahli
ekonomi. Salah satu caranya adalah dengan membuat analogi dengan
skema yang diterapkan untuk hutan-hutan di sejumlah negara sedang berkembang.
"Ada skema yang disebut RED, yang memberi ganjaran uang
kepada pemerintah negara atau pemilik tanah untuk mencegah pengrusakan hutan
dan dilepaskannya karbon yang sekarang ini tersimpan di dalamnya," kata
Prof Lavery.
Sekarang ini rumput laut belum dimasukkan dalam perdagangan
karbon seperti halnya hutan, tapi menurut Prof Lavery, disitulah tantangannya.
"Apa yang ditunjukkan oleh penelitian ini adalah bahwa
terdapat karbon dalam jumlah yang signifikan di Australia, dan oleh karenanya
perlu dilakukan investigasi, apa mekanisme yang perlu diterapkan untuk
merealisasi nilai tersebut." demikian Prof Paul Lavery dalam wawancara
dengan Caitlin Gribbin.
Sumber: http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/radio/onairhighlights/nilai-kandungan-co2-di-padang-rumput-laut-australia-ditaksir-5milyar-dollar/1189235
0 comments:
Post a Comment